Senin, 11 Agustus 2025

Dua Anak Beruang yang Serakah

 

Pada zaman dahulu, di pinggiran sebuah hutan lebat, hiduplah seekor induk beruang bersama dua anaknya.
Ketika mereka tumbuh besar, kedua anak beruang itu berniat pergi merantau untuk mencari kebahagiaan.
Mengetahui hal itu, sang induk beruang berpesan,

“Apa pun yang terjadi, kalian jangan pernah bertengkar. Jika bertengkar, kalian pasti akan merugi.”

“Kami mengerti, Ibu. Kami akur kok, tidak akan bertengkar,” jawab mereka.
Dengan semangat, kedua anak beruang pun memulai perjalanan.

Namun, di tengah perjalanan, bekal yang diberikan sang ibu habis.

“Kakak, aku sudah tidak sanggup berjalan. Dari pagi aku belum makan apa-apa,” keluh si adik sambil menangis.
“Aku juga sama. Aku lapar sekali sampai rasanya mau pingsan,” jawab si kakak sambil meneteskan air mata.

Meski begitu, mereka tetap berjalan. Hingga akhirnya, di tengah jalan, mereka melihat sesuatu yang bulat, besar, dan berwarna merah tergeletak di tanah.

“Apa itu, ya? Baunya enak sekali,” kata mereka sambil mendekat.
Ternyata, benda itu adalah sebuah keju besar.

Mereka pun sangat gembira dan hendak membaginya.

“Aku saja yang membaginya jadi dua,” kata si kakak.
“Tidak mau! Nanti kakak ambil yang besar,” bantah si adik.
“Apa? Justru kamu yang mau ambil yang besar!”

Mereka pun meletakkan keju itu di tanah dan mulai bertengkar.

Saat itu, datanglah seekor rubah betina tua.
“Aduh, anak-anak beruang, kenapa kalian marah-marah begitu?” tanyanya.

Kedua anak beruang menceritakan masalah mereka. Rubah itu tertawa dan berkata,

“Oh, cuma itu masalahnya. Kalau begitu, serahkan saja kejunya padaku. Aku akan membaginya dengan adil.”

“Baik, tapi pastikan ukurannya sama, ya!”
“Iya, harus sama besar!”

“Tenang, akan kubagi sama besar,” kata rubah itu sambil menerima keju tersebut.

Ia memecah keju menjadi dua bagian, tetapi salah satunya tampak lebih besar.

“Itu ukurannya tidak sama!”
“Tolong buat ukurannya sama!”

Mendengar protes itu, rubah tersenyum licik. Ia memang sengaja membuat satu bagian lebih besar.

“Tenang saja, Nak. Biar aku perbaiki,” katanya.

Ia lalu menggigit bagian yang lebih besar.
“Aduh, sekarang yang itu jadi lebih kecil,” kata si adik.
“Tidak apa-apa, sekarang gigit yang satunya lagi,” ujar rubah sambil memakan bagian lainnya.

Begitu seterusnya, rubah menggigit keju dari sisi kiri dan kanan, hingga akhirnya kedua bagian benar-benar sama besar—tetapi ukurannya sudah menjadi sangat kecil.

“Nah, sekarang ukurannya sama. Sampai jumpa,” kata rubah.

Dengan perut kenyang, rubah itu pun pergi meninggalkan dua anak beruang yang hanya memegang potongan keju kecil.


Versi Bahasa Jepang

二匹の欲張り子グマ

昔々、深い森のはずれに、お母さんグマと二匹の子グマの親子が住んでいました。
子グマたちは大きくなると、世の中へ出て幸せを探そうと思いました。
それを知ったお母さんは、子供たちに言いました。

「どんなことがあっても、けんかをしてはいけませんよ。けんかをすれば、必ず損をしますからね」

「大丈夫、僕たちは仲良しだから、けんかなんかしないよ」
二匹の子グマは元気よく旅に出かけました。

旅を続けるうちに、お母さんにもらった食べ物がなくなってしまいました。

「お兄さん、僕、もう歩けないよ。朝から何も食べていないんだもの」
弟グマが泣き出しました。

「僕だって同じだ。お腹がすいて、もう死にそうだ」
兄さんグマも涙をこぼしました。

それでも二匹は歩き続けました。すると、道の真ん中に赤くて大きな丸いものが落ちていました。

「何だろう?いい匂いがするけど…」
子グマたちはそばへ行ってみました。すると、それは大きなチーズではありませんか。

二匹は大喜びでチーズを分けようとしました。

「じゃあ、僕が二つに分けてやるよ」
「いやだ、そう言って兄さん、大きいほうを取るつもりだろう」
「何を言う、お前こそ大きいほうを取るつもりだろう」

二匹はチーズをそばに置いて口げんかを始めました。

すると、そこへキツネのおばさんが現れました。
「まあまあ、子グマさんたち、何をそんなに怒っているの?」

子グマたちは訳を話しました。すると、キツネは笑って言いました。

「おやおや、そんなことだったの。それならおばさんにチーズを貸してごらん。上手に分けてあげますよ」

「ありがとう。でも、ちゃんと同じ大きさにしておくれよ」
「そうだよ、同じ大きさだよ」

「はいはい、ちゃんと同じ大きさにしてあげますよ」

キツネはチーズを受け取ると、ぱかりと二つに割りました。すると、片方はどう見ても大きいのです。

「ああ、大きさが違うよ」
「ちゃんと同じ大きさにしてよ」

子グマたちが文句を言うと、キツネはにやりと笑いました。このキツネはずるいキツネで、わざと片方を大きくしたのです。

「坊やたち、騒がないで大丈夫よ。おばさんがうまくしてあげるから」

キツネは大きいほうにガブリとかみつき、チーズを食べてしまいました。

「ああ、そっちが小さくなっちゃった」
「平気平気、それならまた今度は…」

キツネはまた別のほうをかじりました。すると、そっちが小さくなりました。

「今度はそっちがちっちゃくなっちゃった」

「あら、それならこれで…」

キツネはそのままあっちをかじったり、こっちをかじったりしました。
そして、やっと同じ大きさになった時には、チーズはちっぽけなかけらになっていました。

「さあ、これで同じ大きさよ。では、さようなら」

キツネは大きくなったお腹をさすりながら、さっさと行ってしまいました。

Nihiki no Yokubari Koguma

Mukashi mukashi, fukai mori no hazure ni, okaasan guma to nihiki no koguma no oyako ga sunde imashita.
Koguma-tachi wa ookiku naru to, yo no naka e dete shiawase o sagasou to omoimashita.
Sore o shitta okaasan wa, kodomotachi ni iimashita.

"Donna koto ga atte mo, kenka o shite wa ikemasen yo. Kenka o sureba, kanarazu son o shimasu kara ne."

"Daijoubu, bokutachi wa nakayoshi dakara, kenka nanka shinai yo."
Nihiki no koguma wa genki yoku tabi ni dekakemashita.

Tabi o tsudzukeru uchi ni, okaasan ni moratta tabemono ga nakunatte shimaimashita.

"Oniisan, boku, mou arukenai yo. Asa kara nani mo tabete inai nda mono."
Otouto guma ga nakidashimashita.

"Boku datte onaji da. Onaka ga suite, mou shinisou da."
Nii-san guma mo namida o koboshimashita.

Soredemo nihiki wa arukitsuzukemashita. Soshite, michi no mannaka ni akakute ookina marui mono ga ochite imashita.

"Nandarou? Ii nioi ga suru kedo..."
Koguma-tachi wa soba e itte mimashita. Soshite, sore wa ookina chiizu de wa arimasen ka.

Nihiki wa ooyorokobi de chiizu o wakeyou to shimashita.

"Jaa, boku ga futatsu ni wakete yaru yo."
"Iyada, sou itte oniisan, ookii hou o toru tsumori darou."
"Nani o iu, omae koso ookii hou o toru tsumori darou."

Nihiki wa chiizu o soba ni oite kuchigenka o hajimemashita.

Suru to, soko e kitsune no obasan ga arawaremashita.
"Maa maa, koguma-san-tachi, nani o sonna ni okotte iru no?"

Koguma-tachi wa wake o hanashimashita. Suru to, kitsune wa waratte iimashita.

"Oyaya, sonna koto datta no. Sore nara obasan ni chiizu o kashite goran. Jouzu ni wakete agemasu yo."

"Arigatou. Demo, chanto onaji ookisa ni shite okure yo."
"Sou da yo, onaji ookisa da yo."

"Hai hai, chanto onaji ookisa ni shite agemasu yo."

Kitsune wa chiizu o uketoru to, pakari to futatsu ni warimashita. Suru to, katahou wa dou mite mo ookii no desu.

"Aa, ookisa ga chigau yo."
"Chanto onaji ookisa ni shite yo."

Koguma-tachi ga monku o iu to, kitsune wa niyari to warai mashita. Kono kitsune wa zurui kitsune de, wazato katahou o ookiku shita no desu.

"Bouya-tachi, sawaganaide daijoubu yo. Obasan ga umaku shite ageru kara."

Kitsune wa ookii hou ni gaburi to kamitsuki, chiizu o tabete shimaimashita.

"Aa, sotchi ga chiisaku nacchatta."
"Heiki heiki, sore nara mata kondo wa..."

Kitsune wa mata betsu no hou o kajirimashita. Suru to, sotchi ga chiisaku narimashita.

"Kondo wa sotchi ga chicchakunacchatta."

"Ara, sore nara kore de..."

Kitsune wa sono mama acchi o kajittari, kocchi o kajittari shimashita.
Soshite, yatto onaji ookisa ni natta toki ni wa, chiizu wa chippoke na kakera ni natte imashita.

"Saa, kore de onaji ookisa yo. Dewa, sayounara."

Kitsune wa ookiku natta onaka o sasurinagara, sassato itte shimaimashita.

 

 Versi Bahasa Inggris

The Two Greedy Bear Cubs

Once upon a time, on the edge of a deep forest, there lived a mother bear and her two cubs.
When they grew older, the cubs decided to set out into the world to seek happiness.
Hearing this, their mother bear gave them a piece of advice:

“No matter what happens, never fight with each other. If you fight, you will surely lose something.”

“Don’t worry, Mother. We’re good friends. We’ll never fight,” they replied.
With great enthusiasm, the two cubs set off on their journey.

However, along the way, the food their mother had given them ran out.

“Brother, I can’t walk anymore. I haven’t eaten anything since morning,” the younger cub cried.
“I feel the same. I’m so hungry I feel like I’m going to faint,” said the older cub, tears welling in his eyes.

Still, they kept walking. Eventually, in the middle of the road, they spotted something big, round, and red lying on the ground.

“What’s that? It smells so good,” they wondered, walking closer.
To their delight, it turned out to be a huge piece of cheese.

Overjoyed, they decided to divide it.

“I’ll cut it into two pieces,” said the older cub.
“No way! You’ll take the bigger piece,” the younger protested.
“What? You’re the one who wants the bigger piece!”

They placed the cheese on the ground and began to argue.

Just then, an old lady fox appeared.
“My, my! Little bear cubs, why are you so angry?” she asked.

The cubs explained their problem, and the fox chuckled.

“Oh, is that all? Then give the cheese to me. I’ll divide it evenly for you,” she said.

“Thank you, but make sure both pieces are the same size,” said the younger cub.
“Yes, the exact same size,” added the older.

“Of course, I’ll make them exactly the same,” replied the fox, taking the cheese.

She split the cheese in two, but one piece was clearly bigger.

“They’re not the same size!”
“Make them even!”

The fox gave a sly smile—she had made one piece larger on purpose.

“Don’t worry, little ones. I’ll fix it for you.”

She took a big bite from the larger piece.

“Oh no! Now that one’s smaller,” the younger complained.
“That’s fine, I’ll just bite the other one,” the fox said, taking a bite from the smaller piece.

But then the other piece became smaller.
Again and again, the fox alternated biting from each side until finally both pieces were the same size—
but by then, they were only tiny crumbs.

“There! Now they’re even. Goodbye,” said the fox.

Patting her full belly, she walked away, leaving the two bear cubs with nothing but a tiny scrap of cheese.

 

Minggu, 10 Agustus 2025

GURU

 

GURU
教師よ!
Kyoushi yo!

Layaknya pohon engkaulah akar peyangga
もし、木なら、あなたは木のだ。
Moshi, ki nara, anata wa ki no ne da.

Ruas buku penuh huruf bermakna
文字に意味を与えた
Moji ni imi o ataeta.

Itupun karena karyamu
その働きで
Sono hataraki de

Jagat ini penuh arti
この世界に意味を与えた。
Kono sekai ni imi o ataeta. 
Itu karena ikhlasmu
その真心から
Sono magokoro kara

Masa depanku membiru karena tulus pedulimu
あなたの教えを守る私の未来は明るい 
Anata no oshie o mamoru watashi no mirai wa akarui.

Guru engkaulah penyempurna titah langkahku
師よ!あなたは私に歩みを教えた
Shi yo! Anata wa watashi ni ayumi o oshieta. 

Guru aku akan terus belajar Alif kepadamu sampai dunia mengambil nyawaku
師よ!私は誓う。この命尽(つ)きるまで学び続けることを。
Shi yo! Watashi wa chikau. Kono inochi tsukiru made manabi tsudzukeru koto o. 

Guru terima kasih tanpa jeda ku ucap tulus untukmu
師よ!心より感謝いたします。
Shi yo! Kokoro yori kansha itashimasu. 

(Bunda Penny, テグ―サントソ、太原ゆ).
 
 
Versi Bahasa Inggris

Teacher!

Like a tree, you are the roots that hold it firm.
If you were a tree, you would be its roots.

The chapters are filled with letters rich in meaning,
It was you who gave them meaning.

Because of your work,
This world is full of meaning.

It is from your sincerity,
That my future shines bright,
Because I uphold your teachings.

Teacher! You guided my steps.

Teacher, I swear—
I will continue to learn from you until the world takes my life away.

Teacher, from the bottom of my heart,
I thank you without pause.

(Bunda Penny, Teguh Santoso, Tahara Yuka)

 

Jumat, 01 Agustus 2025

Bumi Pertiwi 80 Tahun Merdeka

 Bumi Pertiwi, 80 Tahun Merdeka

oleh: Teguh Santoso

Delapan dekade telah berlalu,
Merdeka dari penjajahan, jiwa bebas berkibar.
Kemerdekaan yang kita raih, dengan darah dan air mata,
Menjadi warisan berharga, untuk generasi masa depan.

Bendera merah putih, berkibar tinggi di angkasa,
Lambang keberanian, dan semangat tak tergoyahkan.
Dari Sabang sampai Merauke, kita bersatu padu,
Membangun bangsa, dengan cinta dan dedikasi.

Kita telah melewati perjalanan panjang,
Menghadapi rintangan, dan tantangan berat.
Tapi kita tidak pernah menyerah,
Karena kemerdekaan, adalah harga mati.

Mari kita terus maju,
Dengan semangat kemerdekaan, yang tak pernah pudar.
Kita akan terus membangun,
Bangsa yang kuat, dan sejahtera.

Selamat ulang tahun ke-80, Indonesia!
Semoga kemerdekaanmu, selalu membawa kebahagiaan,
Dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatmu.

Versi Bahasa Jepangnya 

インドネシア祖国よ、独立80年

八十年の歳月が流れた、
植民地支配から解放され、自由な魂が羽ばたく。
血と涙で勝ち取った独立、
未来の世代へと受け継がれる貴重な遺産。

赤と白の旗が空高く翻る、
勇気の象徴、揺るがぬ精神の証。
サバンからムラウケまで、我らは一つに結ばれ、
愛と献身で国を築く。

我らは長い道のりを歩んできた、
困難と試練に立ち向かいながら。
だが決してあきらめなかった、
独立とは譲れぬ価値だから。

さあ、これからも前へ進もう、
決して消えることのない独立の精神とともに。
我らは築き続ける、
強く、豊かな国を。

インドネシアよ、80回目の誕生日おめでとう!
その独立が常に幸福をもたらし、
すべての国民に繁栄を与えますように。

Indoneshia Sokoku yo, Dokuritsu hachijū-nen

Hachijū-nen no saigetsu ga nagareta,
Shokuminchi shihaikara kaihō sare, jiyū na tamashii ga habataku.
Chi to namida de katsu tot­ta dokuritsu,
Mirai no sedai e to uketsugareru kichōna isan.

Aka to shiro no hata ga sora takaku hirugaeru,
Yūki no shōchō, yuruganu seishin no akashi.
Saban kara Murauke made, warera wa hitotsu ni musubare,
Ai to kenshin de kuni o kizuku.

Warera wa nagai michinori o ayunde kita,
Konnan to shiren ni tachimukai nagara.
Daga kesshite akiramenakatta,
Dokuritsu to wa yuzurenu kachi dakara.

Saa, korekara mo mae e susumou,
Kesshite kieru koto no nai dokuritsu no seishin to tomo ni.
Warera wa kizuki tsuzukeru,
Tsuyoku, yutakana kuni o.

Indonesia yo, hachijūkai-me no tanjōbi omedetō!
Sono dokuritsu ga tsune ni kōfuku o motarashi,
Subete no kokumin ni han’ei o ataemasu yō ni.

"Motherland, 80 Years of Freedom"

Eight decades have passed,
Free from colonization, our spirit soars high.
Independence gained through blood and tears,
Becomes a precious legacy for future generations.

The red and white flag flies proudly in the sky,
A symbol of courage and unwavering spirit.
From Sabang to Merauke, we stand united,
Building this nation with love and dedication.

We have walked a long journey,
Facing hardships and great challenges.
But we never gave up,
For freedom is non-negotiable.

Let us keep moving forward,
With the undying spirit of independence.
We will continue to build
A strong and prosperous nation.

Happy 80th Independence Day, Indonesia!
May your freedom always bring joy,
And prosperity to all your people.


Puisi tentang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

Puisi Tentang HUT RI

Tanah Ini Pernah Dirampas"
(Puisi Kemerdekaan RI ke-80)

oleh: Teguh Santoso

Tanah ini pernah berdarah,
di bawah langit yang kini bebas,
dulu diinjak sepatu penjajah,
jerit rakyat terkubur di batas.

Cinta kami bukan sekadar kata,
tumbuh dari luka yang membara,
bambu runcing bukan hiasan sejarah,
melainkan nyawa yang tak pernah pasrah.

Tanah airku, pernah mereka renggut,
sawah dijadikan parit,
hutan dibakar menjadi senyap,
air mata ibu menjadi sungai gigil.

Namun kami tak mati—
kami tumbuh di celah luka,
mewarisi nyali dari nyanyian merdeka,
yang tak bisa dibungkam oleh senjata.

Kini, delapan puluh tahun kita berdiri,
tapi cinta ini tak boleh letih,
karena penjajahan tak selalu berseragam,
kadang berbaju janji dan senyum palsu.

Wahai negeriku,
jika tanahmu kembali dirampas,
oleh tamak yang berwajah saudara,
biarkan darah kami sekali lagi jadi pelita.

Karena kemerdekaan bukan warisan,
tapi titipan yang harus dijaga dengan nyawa.
Tanah ini milik mereka yang mencinta—
dengan jujur, dengan hati, dan setia.

Versi Bahasa Jepangnya 

 インドネシア共和国独立記念日の詩

Indoneshia Kyōwakoku Dokuritsu Kinenbi no Shi

(インドネシア独立80周年の詩)

Kono daichi wa katsute ubawareta
(Indoneshia dokuritsu 80 shūnen no shi)


この大地はかつて血を流した、
自由となったこの空の下で、
かつては侵略者の靴に踏まれ、
民の叫びは境界に埋もれた。

Kono daichi wa katsute chi o nagashita,
Jiyū to natta kono sora no shita de,
Katsute wa shinryakusha no kutsu ni fumare,
Tami no sakebi wa kyōkai ni umoreta.


我らの愛は言葉だけではない、
燃える傷から育ったもの、
竹槍は歴史の飾りではなく、
決して諦めぬ命そのもの。

Warera no ai wa kotoba dake de wa nai,
Moeru kizu kara sodatta mono,
Takeyari wa rekishi no kazari de wa naku,
Kesshite akiramenu inochi sono mono.


この祖国はかつて奪われた、
田んぼは溝とされ、
森は焼かれて沈黙に変わり、
母の涙は震える川となった。

Kono sokoku wa katsute ubawareta,
Tanbo wa mizo to sare,
Mori wa yakarete chinmoku ni kawari,
Haha no namida wa furueru kawa to natta.


だが我らは死なず——
傷の隙間に芽を出し、
独立の歌から勇気を継ぎ、
銃では沈められぬ声となった。

Daga warera wa shinazu—
Kizu no sukima ni me o dashi,
Dokuritsu no uta kara yūki o tsugi,
Jū de wa shizumerarenu koe to natta.

Versi Bahasa Inggrisnya

A Poem for Indonesia’s Independence Day 

This Land Was Once Seized

(A Poem for Indonesia’s 80th Independence Day)

This land once bled,
beneath the sky that now breathes free,
once crushed beneath the boots of tyrants,
the people’s cries buried at the edge of silence.

Our love is not just spoken,
it grows from wounds that still burn,
the sharpened bamboo is no relic,
but a life that refused to surrender.

This homeland was once stolen,
rice fields carved into trenches,
forests silenced in fire,
a mother’s tears flowed into shivering rivers.

But we did not die—
we rose from the cracks of pain,
inheriting courage from freedom’s song,
a voice that weapons could never silence.

Now, eighty years have passed,
yet this love must never tire,
for tyranny no longer wears uniforms alone,
sometimes it smiles, cloaked in promises.

O my nation,
if your soil is seized once more,
by the greedy wearing faces of kin,
let our blood once again light the way.

For freedom is not an inheritance,
but a trust kept with our very lives.
This land belongs to those who love—
with honesty, with heart, and with loyalty.




Minggu, 06 Juli 2025

Malam Penuh Gangguan Gaib

 

Malam Penuh Gangguan Gaib

oleh

Teguh Santoso 

 

Pada akhir Desember 2011, pada suatu malam, seorang teman saya yang merupakan alumni SMA, sebut saja namanya Kurniawan (nama samaran), datang menginap di rumah kontrakan saya selama tiga hari karena ingin mencari informasi lowongan pekerjaan. Saat itu, sedang tayang sebuah acara televisi baru berjudul Uji Nyali di stasiun TRANSTV.

Suatu malam, ketika teman saya hendak masuk ke rumah, ia tiba-tiba dikejutkan oleh beberapa penampakan. Ia mengaku melihat sosok pocong dan kuntilanak. Karena ketakutan, ia langsung berlari masuk ke kamar saya.

Dengan panik, ia menghubungi seorang temannya yang memiliki kemampuan untuk mengusir makhluk halus. Sekitar 30 menit kemudian, temannya datang bersama seorang rekannya. Namun, saat mereka hendak pulang, keduanya mengaku dicegat oleh sosok misterius yang diyakini sebagai penghuni gaib dari motor Honda Supra X 125 R milik teman saya yang sedang menginap di rumah kontrakan. Seolah-olah, sosok gaib tersebut tidak mengizinkan mereka pulang. Untungnya, berkat ilmu yang dimiliki, temannya berhasil mengatasi gangguan tersebut.

Setelah kejadian itu, kami berkumpul dan berdiskusi. Salah satu teman menyarankan agar rumah kontrakan saya dibersihkan dari gangguan makhluk halus. Teman saya yang memiliki kemampuan spiritual kemudian bercerita bahwa rumah yang saya tempati ternyata dibangun di atas bekas kuburan massal—tempat di mana para penjahat dahulu dibantai dan dikuburkan. Sisa-sisa jasad mereka hanya dikubur begitu saja di sekitar tanah rumah. Diskusi kami selesai sekitar pukul 22.00 WIB.

Kami semua sepakat untuk melakukan ritual pembersihan rumah dari makhluk jahat yang masih menghuni tempat tersebut. Teman saya meminta media berupa garam dan minyak goreng yang diletakkan di atas piring makan. Ia lalu mencari tempat yang tenang di teras belakang rumah untuk bermeditasi. Ia mulai bermeditasi sambil melafalkan doa-doa tertentu. Kami menunggunya hingga waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

Sesekali, saya melihatnya membakar kertas yang bertuliskan huruf Arab atau rajah berisi doa-doa yang telah dipanjatkan sebelumnya. Kertas tersebut dibakar, lalu abunya dicampur dengan garam dan minyak goreng yang telah disiapkan. Setelah selesai bermeditasi dan berdoa, seluruh media tersebut berubah menjadi abu hitam. Teman saya lalu meminta agar abu itu ditaburkan ke seluruh penjuru rumah.

Setelah ritual selesai, suasana rumah terasa berbeda. Udara yang sebelumnya terasa panas berubah menjadi sejuk dan tenang. Teman saya menjelaskan bahwa rumah kini telah dipagari oleh energi gaib. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihatnya. Ia mengatakan bahwa pagar tersebut berbentuk cahaya supranatural menyerupai sinar-X. Jika ada makhluk gaib jahat yang mencoba mendekati rumah, mereka akan lari ketakutan atau hancur oleh kekuatan pagar tersebut.

Sejak saat itu, teman-teman saya yang ingin berkunjung atau menginap di rumah kontrakan saya tidak lagi mengalami gangguan dari makhluk gaib.

 

Versi Bahasa Jepang 

 

霊的な障害に満ちた夜

201112月の終わり頃、ある晩のことでした。高校の同級生だった友人(仮にクルニアワンと呼びます)が、就職情報を探すために、私の借家に3日間泊まりに来ました。その頃、TRANSTVというチャンネルで『ウジ・ニャリ(Uji Nyali)』という新しいホラー番組が放送されていました。

ある夜、友人が家に入ろうとしたとき、突然いくつかの幽霊の姿に驚かされました。彼は「ポチョン」と「クンティラナック」を見たと語りました。恐怖に駆られた彼はすぐに私の部屋に駆け込んできました。

彼は慌てて、霊を払う能力を持つ友人に連絡しました。約30分後、その友人はもう一人の仲間と一緒にやって来ました。しかし、帰ろうとした時、2人は何かに行く手を阻まれたと話しました。それは、私の友人のホンダ・スプラX 125 Rのバイクに憑いている霊的な存在であると信じられました。まるで、その存在が彼らの帰宅を許さなかったかのようでした。幸い、その友人の霊的な力によって、その場の障害は克服されました。

その後、私たちは集まって状況について話し合いました。ある友人が、私の借家を悪霊から浄化すべきだと提案しました。霊的な力を持つ友人は、この家がかつて大量虐殺された罪人たちの墓地の跡地に建てられていることを語りました。彼らの遺体は家の土地周辺にそのまま埋められていたそうです。

話し合いは夜10時ごろに終わりました。私たちは皆、その家を浄化する儀式を行うことに同意しました。友人は、塩と食用油をお皿に用意するように頼みました。彼は家の裏の静かな場所を見つけて、そこで瞑想を始めました。彼は特定の祈りを唱えながら瞑想を続けました。

私たちは午前2時ごろまで彼を待ちました。時々、彼はアラビア文字やおまじないのようなものが書かれた紙を燃やしていました。その灰を塩と油に混ぜました。瞑想と祈りが終わると、すべての材料が黒い灰に変わりました。彼はその灰を家の隅々に撒くように言いました。

儀式が終わると、家の空気が変わったのを感じました。以前は暑く感じていたのが、涼しく穏やかな空気に包まれていました。友人は、家が今「霊的な結界」で守られていると説明しました。その結界は特定の人にしか見えず、X線のような超自然的な光の形をしているとのことでした。悪霊が近づこうとすれば、恐れて逃げ出すか、その力で消滅すると言われました。

それ以来、私の借家に泊まりに来る友人たちは、霊的な障害に悩まされることはありませんでした。

Reiteki na Shōgai ni Michita Yoru

2011-nen 12-gatsu no owari goro, aru ban no koto deshita. Kōkō no dōkyūsei datta yūjin (kari ni "Kurniawan" to yobimasu) ga, shūshoku jōhō o sagasu tame ni, watashi no shakuyaku ni 3-nichikan tomari ni kimashita. Sono koro, TRANSTV to iu channeru de "Uji Nyali" to iu atarashii horā bangumi ga hōsō sarete imashita.

Aru yoru, yūjin ga ie ni hairou to shita toki, totsuzen ikutsu ka no yūrei no sugata ni odorokasaremashita. Kare wa “pochon” to “kuntilanakku” o mita to katatte imashita. Kyōfu ni karareta kare wa, sugu ni watashi no heya ni kakekomimashita.

Kare wa awatete, rei o harau nōryoku o motsu yūjin ni renraku o shimashita. Yaku 30-pun-go, sono yūjin wa mō hitori no nakama to issho ni yattekimashita. Shikashi, kaerou to shita toki, futari wa nanika ni ikute o habamareta to hanashimashita. Sore wa, tomatte ita yūjin no Honda Supra X 125 R no baiku ni tsuite iru reiteki na sonzai de aru to shinji raremashita. Marude, sono sonzai ga karera no kitaku o yurusanai ka no yō deshita. Saiwai, sono yūjin no reiteki na chikara ni yotte, sono ba no shōgai wa kokufuku saremashita.

Sono nochi, watashitachi wa atsumatte jōkyō ni tsuite hanashiaimashita. Aru yūjin ga, watashi no shakuyaku o akuryō kara jōka subeki da to teian shimashita. Reiteki na chikara o motsu yūjin wa, kono ie ga katsute zainin-tachi ga massatsu sareta daikibo no bochi no ato ni taterareta mono da to katatte kuremashita. Karera no itai wa, ie no tochi shūhen ni sono mama umerarete ita sō desu.

Hanashiai wa yoru 10-ji goro ni owarimashita. Watashitachi wa mina, sono ie o jōka suru gishiki o okonau koto ni dōi shimashita. Yūjin wa, shio to shokuyō abura o osara ni yōi suru yō ni tanomimashita. Kare wa ie no ura no shizuka na basho o mitsukete, soko de meisō o hajimemashita. Kare wa tokutei no inori o tonae nagara meisō o tsudzukemashita.

Watashitachi wa gozen 2-ji goro made kare o machimashita. Tokidoki, kare wa Arabia moji ya majinai no yō na mono ga kakareta kami o moyashite imashita. Sono hai wa shio to abura ni mazemaremashita. Meisō to inori ga owaru to, subete no zairyō ga kuro-i hai ni kawarimashita. Kare wa sono hai o ie no sumi-zumi ni maku yō ni iimashita.

Gishiki ga owaru to, ie no kūki ga kawatta koto o kanjimashita. Izensho wa atsuku kanjite ita no ga, suzushiku odayaka na kūki ni tsutsumarete imashita. Yūjin wa, ie ga ima "reiteki na kekkai" de mamorarete iru to setsumei shimashita. Sono kekkai wa tokutei no hito ni shika miezu, X-sen no yōna chōshizen-teki na hikari no katachi o shite iru to no koto deshita. Akuryō ga chikadzukou to sureba, osorete nigedasu ka, sono chikara de shōmetsu suru to iwaremashita.

Sore irai, watashi no shakuyaku ni tomari ni kuru yūjin-tachi wa, reiteki na shōgai ni nayamasareru koto wa arimasen deshita.


 Versi Bahasa Inggris

 

A Night Full of Supernatural Disturbances

At the end of December 2011, one night, a friend of mine from high school—let's call him Kurniawan (a pseudonym)—came to stay at my rented house for three days as he was looking for job vacancies. At that time, a new TV show called Uji Nyali (Test of Courage) was airing on TRANSTV.

One night, as my friend was about to enter the house, he was suddenly startled by several apparitions. He claimed to have seen a pocong and a kuntilanak. Terrified, he immediately ran into my room.

In a panic, he contacted a friend of his who had the ability to expel spirits. About 30 minutes later, his friend arrived along with another companion. However, as they were about to leave, both of them claimed they were blocked by a mysterious figure believed to be a supernatural entity inhabiting my friend's Honda Supra X 125 R motorcycle parked in front of the house. It was as if the spirit wouldn’t let them leave. Fortunately, thanks to his spiritual knowledge, his friend was able to overcome the disturbance.

After the incident, we gathered and discussed what had happened. One of the friends suggested that my rented house should be cleansed of malevolent spirits. The spiritually-gifted friend then revealed that the house I lived in was built on an old mass grave—where criminals were once executed and buried. The remains of their bodies were simply dumped into the surrounding soil.

Our discussion ended around 10:00 PM. We all agreed to conduct a ritual to cleanse the house of lingering evil spirits. My friend requested salt and cooking oil to be placed on a dinner plate. He then found a quiet spot at the back porch to meditate. He began meditating while chanting specific prayers.

We waited until around 2:00 AM. Occasionally, I saw him burn pieces of paper with Arabic letters or mystical prayers written on them. The ashes were then mixed with the prepared salt and oil. Once the meditation and prayers were completed, the entire mixture turned into black ash. He instructed us to sprinkle the ash throughout every corner of the house.

After the ritual, the atmosphere of the house changed. The previously hot air became cool and calm. My friend explained that the house was now spiritually protected. Only certain people could see the protective barrier, which appeared as a supernatural light resembling X-rays. If an evil spirit attempted to approach the house, it would either flee in fear or be destroyed by the barrier’s power.

Since then, friends who came to visit or stay at my rented house no longer experienced any supernatural disturbances.

Dua Anak Beruang yang Serakah

  Pada zaman dahulu, di pinggiran sebuah hutan lebat, hiduplah seekor induk beruang bersama dua anaknya. Ketika mereka tumbuh besar, kedua a...