Jumat, 01 Agustus 2025

Puisi tentang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

Puisi Tentang HUT RI

Tanah Ini Pernah Dirampas"
(Puisi Kemerdekaan RI ke-80)

oleh: Teguh Santoso

Tanah ini pernah berdarah,
di bawah langit yang kini bebas,
dulu diinjak sepatu penjajah,
jerit rakyat terkubur di batas.

Cinta kami bukan sekadar kata,
tumbuh dari luka yang membara,
bambu runcing bukan hiasan sejarah,
melainkan nyawa yang tak pernah pasrah.

Tanah airku, pernah mereka renggut,
sawah dijadikan parit,
hutan dibakar menjadi senyap,
air mata ibu menjadi sungai gigil.

Namun kami tak mati—
kami tumbuh di celah luka,
mewarisi nyali dari nyanyian merdeka,
yang tak bisa dibungkam oleh senjata.

Kini, delapan puluh tahun kita berdiri,
tapi cinta ini tak boleh letih,
karena penjajahan tak selalu berseragam,
kadang berbaju janji dan senyum palsu.

Wahai negeriku,
jika tanahmu kembali dirampas,
oleh tamak yang berwajah saudara,
biarkan darah kami sekali lagi jadi pelita.

Karena kemerdekaan bukan warisan,
tapi titipan yang harus dijaga dengan nyawa.
Tanah ini milik mereka yang mencinta—
dengan jujur, dengan hati, dan setia.

Versi Bahasa Jepangnya 

 インドネシア共和国独立記念日の詩

Indoneshia Kyōwakoku Dokuritsu Kinenbi no Shi

(インドネシア独立80周年の詩)

Kono daichi wa katsute ubawareta
(Indoneshia dokuritsu 80 shūnen no shi)


この大地はかつて血を流した、
自由となったこの空の下で、
かつては侵略者の靴に踏まれ、
民の叫びは境界に埋もれた。

Kono daichi wa katsute chi o nagashita,
Jiyū to natta kono sora no shita de,
Katsute wa shinryakusha no kutsu ni fumare,
Tami no sakebi wa kyōkai ni umoreta.


我らの愛は言葉だけではない、
燃える傷から育ったもの、
竹槍は歴史の飾りではなく、
決して諦めぬ命そのもの。

Warera no ai wa kotoba dake de wa nai,
Moeru kizu kara sodatta mono,
Takeyari wa rekishi no kazari de wa naku,
Kesshite akiramenu inochi sono mono.


この祖国はかつて奪われた、
田んぼは溝とされ、
森は焼かれて沈黙に変わり、
母の涙は震える川となった。

Kono sokoku wa katsute ubawareta,
Tanbo wa mizo to sare,
Mori wa yakarete chinmoku ni kawari,
Haha no namida wa furueru kawa to natta.


だが我らは死なず——
傷の隙間に芽を出し、
独立の歌から勇気を継ぎ、
銃では沈められぬ声となった。

Daga warera wa shinazu—
Kizu no sukima ni me o dashi,
Dokuritsu no uta kara yūki o tsugi,
Jū de wa shizumerarenu koe to natta.

Versi Bahasa Inggrisnya

A Poem for Indonesia’s Independence Day 

This Land Was Once Seized

(A Poem for Indonesia’s 80th Independence Day)

This land once bled,
beneath the sky that now breathes free,
once crushed beneath the boots of tyrants,
the people’s cries buried at the edge of silence.

Our love is not just spoken,
it grows from wounds that still burn,
the sharpened bamboo is no relic,
but a life that refused to surrender.

This homeland was once stolen,
rice fields carved into trenches,
forests silenced in fire,
a mother’s tears flowed into shivering rivers.

But we did not die—
we rose from the cracks of pain,
inheriting courage from freedom’s song,
a voice that weapons could never silence.

Now, eighty years have passed,
yet this love must never tire,
for tyranny no longer wears uniforms alone,
sometimes it smiles, cloaked in promises.

O my nation,
if your soil is seized once more,
by the greedy wearing faces of kin,
let our blood once again light the way.

For freedom is not an inheritance,
but a trust kept with our very lives.
This land belongs to those who love—
with honesty, with heart, and with loyalty.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dua Anak Beruang yang Serakah

  Pada zaman dahulu, di pinggiran sebuah hutan lebat, hiduplah seekor induk beruang bersama dua anaknya. Ketika mereka tumbuh besar, kedua a...