Misteri di Ryokan Tersembunyi: Pengalaman Malam yang Tak Terlupakan

Beberapa tahun yang lalu, pada musim panas, saya bersama tiga teman pergi berwisata ke sebuah ryokan di pedalaman pegunungan Nagano. Tujuan kami adalah untuk beristirahat jauh dari keramaian kota dan menikmati waktu santai di alam. Kami menemukan ryokan kecil ini melalui internet, yang terkenal sebagai "penginapan tersembunyi." Harganya terjangkau dan pemandangannya juga indah, jadi kami segera memesan.

Pada hari itu, kami berganti-ganti naik kereta dan bus, dan akhirnya sampai di stasiun terakhir. Dari sana, kami harus berjalan mendaki jalan setapak selama sekitar 30 menit untuk mencapai ryokan. Di tengah perjalanan, sinyal ponsel kami hilang dan jalanan agak rusak, yang membuat kami sedikit khawatir, tapi kami tetap melanjutkan perjalanan sambil tertawa, "Ini bagian dari petualangan."

Ketika akhirnya tiba di ryokan, sudah menjelang malam. Bangunannya tua dengan dua lantai kayu, dan di pintu masuknya tergantung kain noren yang usang. Begitu masuk, kami disambut oleh pemilik ryokan yang sudah cukup tua, dengan sambutan yang sangat ramah. Meskipun dia sangat sopan, ada sesuatu yang agak dingin di matanya yang memberi kesan misterius.

Saat diarahkan menuju kamar, kamarnya cukup luas dan bersih, dengan pemandangan indah dari jendela yang menghadap ke pegunungan. Kami segera menaruh barang-barang dan memutuskan untuk pergi ke pemandian air panas. Pemandian terpisah dari bangunan utama, dan untuk mencapainya kami harus melewati lorong yang sedikit gelap. Di tengah lorong, ada pintu kayu tua yang tertutup dengan tanda yang bertuliskan, "Dilarang Masuk Kecuali Tamu yang Berwenang," yang membuat saya sedikit merasa tidak nyaman.

Namun, ketika kami sampai di pemandian air panas, rasanya sangat menyegarkan. Air panas yang langsung berasal dari sumbernya sangat menyenangkan, dan makanan malamnya menggunakan bahan-bahan lokal yang sangat lezat. Saya merasa lebih baik daripada yang saya bayangkan. Namun, malam hari membawa perubahan yang aneh.

Pada sekitar pukul 1 pagi, saya terbangun tiba-tiba. Dari luar kamar, saya mendengar suara wanita yang seperti menyanyi. Awalnya saya kira itu hanya mimpi, tapi semakin saya mendengarkan, suara itu jelas terdengar. "Seperti lagu pengantar tidur yang sedih," pikir saya.

Penasaran, saya membuka sedikit jendela dan mencoba melihat keluar, tapi tidak ada siapa pun. Yang terlihat hanya pepohonan yang bergoyang meski angin tidak ada. Suara itu tetap ada, berasal dari arah hutan yang ada di belakang ryokan.

Saya merasa takut, menutupi diri dengan selimut dan memejamkan mata. Namun, saya masih bisa mendengar suara langkah kaki yang pelan, seperti seseorang yang berjalan perlahan di depan kamar kami. Suara itu berhenti sebentar, lalu menghilang ke kejauhan.

Keesokan paginya, saya menceritakan kejadian tersebut kepada teman-teman saya, dan ternyata mereka juga mengalami hal serupa. Teman A mengatakan bahwa saat ia terbangun tengah malam, ia melihat "bayangan hitam" di sudut langit-langit kamar, sementara teman B mengaku bermimpi "mengikuti seorang wanita berbaju putih yang masuk ke hutan di belakang ryokan."

Setelah sarapan, kami berjalan-jalan di sekitar ryokan. Tak jauh dari sana, kami menemukan sebuah torii tua di ujung jalan setapak, dengan batu-batu yang sudah lapuk dan terasa seperti tempat yang tidak cocok untuk dikunjungi. Kami bertanya kepada pemilik ryokan tentang tempat itu, dan reaksinya sangat aneh. Wajahnya seketika berubah serius dan dia hanya berkata, "Lebih baik tidak mendekat ke sana."

Pulangnya, kami memutuskan untuk segera meninggalkan ryokan lebih awal dari rencana semula. Kami tidak tahu pasti apa yang terjadi, tetapi rasanya semua orang sepakat untuk meninggalkan tempat itu. Ternyata, setelah mencari di internet, kami menemukan bahwa daerah sekitar ryokan dulunya adalah sebuah desa yang kini ditinggalkan, dengan banyak catatan sejarah tentang orang-orang yang hilang atau meninggal di sana. Kami tidak tahu pasti apa yang terjadi malam itu, tapi kami sepakat itu bukan pengalaman yang biasa.

Sejak itu, saya selalu lebih berhati-hati saat memilih tempat untuk menginap. Pengalaman itu mengajarkan saya untuk selalu mencari tahu lebih banyak tentang sejarah tempat yang akan dikunjungi, dan untuk lebih peka terhadap atmosfer suatu tempat, karena terkadang, ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika.

Tentang Penulis

NAMA : ARDAZ SATRIA RACHMAN 

PRODI : SASTRA JEPANG 

NIM : 094231059 

SEMESTER 4 

Tempat, tanggal lahir : Pandegelang, 14 Agustus 2000 

Riwayat pendidikan : 1. SDN Ragajaya (2006-2012) 2. SMP Pelita Atsiri Bogor (2012-2015) 3. SMKN 2 Depok (2015-2018) Pengalaman Kerja : PT. Optik Melawai (2018-2019) Lecip Corporation (2019-2025) Hobi : Mendaki Gunung

Versi Bahasa Jepang

隠れ宿の謎: 忘れられない夜の体験

数年前の夏、友人三人と一緒に長野県の山奥にある温泉旅館へ旅行に行きました。目的は、都会の喧騒から離れて自然の中でゆっくりと過ごすことでした。宿はネットで見つけた小さな旅館で、「隠れ宿」として口コミで高評価でした。料金も手頃で、景色も良いとのことだったので、私たちはすぐに予約しました。

当日、電車とバスを乗り継いで最寄りのバス停まで行きましたが、そこから旅館までは徒歩で30分ほど山道を登らなければなりませんでした。途中、電波が途切れたり、道が崩れていたりして少し不安になりましたが、「これも冒険の一部だよ」と笑いながら進みました。

ようやく旅館に着いたときには、すでに夕方になっていました。建物は古く、木造の二階建てで、入口には古びた暖簾がかかっていました。中に入ると、年配の女将さんが出迎えてくれました。とても丁寧に対応してくれましたが、どこか目の奥が冷たいような、そんな印象を受けました。

部屋に案内されると、広くて清潔で、窓からは渓谷を見下ろせる素晴らしい景色が広がっていました。私たちは早速荷物を置き、温泉に入りに行くことにしました。浴場は別棟にあり、廊下を渡って行くのですが、その途中に閉ざされた古い木の扉がありました。そこには「関係者以外立入禁止」という札がかかっており、少し気味が悪く感じました。

温泉は源泉かけ流しで、とても気持ち良かったです。長旅の疲れも取れ、夕食も地元の食材を使った豪華な和食で、最初の印象以上に素晴らしい宿だと思いました。しかし、夜になると空気が一変しました。

夜中の1時ごろ、私はふと目が覚めました。窓の外から、女性の歌声のようなものが聞こえてきたのです。最初は夢かと思いましたが、耳を澄ませると、確かに誰かが小さな声で歌っているのがわかりました。「山に響くような、哀しい子守唄」のようでした。

気になって窓を少し開けて外を見ましたが、誰もいません。ただ、風もないのに木々が揺れていて、旅館の裏手の森の方から声がしているようでした。

私は怖くなり、布団をかぶって目を閉じました。すると、今度は廊下を「ギシ…ギシ…」と誰かが歩く音が聞こえてきました。誰かがゆっくりと部屋の前を通り過ぎていく音です。その足音はしばらく止まり、そしてどこか遠くへ消えていきました。

翌朝、友人たちにその話をすると、二人とも似たような体験をしていたと言いました。A君は夜中にふと目を覚ましたとき、天井の角に「黒い影のようなもの」がじっと見つめていたと言い、B君は夢の中で「白い着物の女性が、旅館の裏の森に入っていくのを追いかけた」と言っていました。

朝食をとった後、私たちは旅館の周辺を少し散歩しました。すると、裏手の森の入口に古い鳥居があり、壊れかけた石段が奥へ続いていました。そこには何も案内板もなく、明らかに人が入るべき場所ではない雰囲気でした。

旅館の女将にその場所について尋ねると、彼女の表情が一瞬強張り、「あまり近づかない方がいいですよ」とだけ言って話を終わらせました。

その日の午後、私たちは予定よりも早く宿を出て、駅まで下山することにしました。特に何があったわけではありませんが、全員が同じように「早くここを離れたい」と感じていたのです。

後からネットで調べてみると、その旅館の近くには昔、集落があり、土砂崩れで多くの人が亡くなったという記録が残っていました。そして、あの森の中にある祠は、村人の霊を慰めるために建てられたものだと…。

それ以来、私は旅行の際、宿の雰囲気や歴史をよく調べるようになりました。あの旅館での体験は、忘れようとしても、夏の夜になるとふと思い出してしまいます。もう二度と、あの山には行かないでしょう。

その夜、私たちは一応何事もなかったかのように振る舞おうとしましたが、どこか会話もぎこちなく、みんなが何かを気にしている様子でした。B君がポツリと「夜が来るのが嫌だな」と言ったとき、全員が黙り込んでしまいました。言葉にはしないけれど、私たちはみんな同じことを考えていたのです――あの歌声、足音、そして夢に現れた女性。これは偶然の一致ではない、と。

夕食の後、再び温泉に入ろうという話になりましたが、私だけは断りました。理由は明確ではありません。ただ、あの長い廊下をまた歩く勇気がなかったのです。部屋に一人で残っていると、ふと、窓の外にある森の方角から視線を感じました。何も見えないのに、誰かにじっと見られているような、そんな強い圧迫感があったのです。

その晩、私は眠ることができませんでした。電気をつけたまま布団に入っていましたが、時間が経つごとに旅館全体が静かになりすぎて、耳鳴りのような感覚すら覚えました。しばらくすると、再びあの歌声が遠くから聞こえてきたのです。でも今回は、それがだんだん近づいてきているのが分かりました。心臓の鼓動がどんどん早くなり、私は布団の中で目をつぶって祈るような気持ちで朝を待ちました。

筆者について

名前:アルダズ・サトリア・ラフマン
学部:日本語学科
学籍番号:094231059
学年:4年
生年月日:2000年8月14日(パンデゲラン)
学歴:

  1. SDNラガジャヤ(2006-2012)

  2. SMPペリタアツリボゴール(2012-2015)

  3. SMKN 2デポック(2015-2018)

職歴:

  • PT.オプティック・メラワイ(2018-2019)

  • レシップコーポレーション(2019-2025)

趣味:登山

 

Romaji

Kakureyado no Nazo: Wasurarenai Yoru no Taiken

Suunen mae no natsu, yūjin san nin to issho ni, Nagano-ken no yamaoku ni aru onsen ryokan e ryokō ni ikimashita. Mokuteki wa, tokai no kenbō kara hanarete, shizen no naka de yukkuri to sugosu koto deshita. Yado wa netto de mitsuketa chiisana ryokan de, "kakure yado" toshite kumoichi de kōhyō deshita. Ryōkin mo tehodō de, keshiki mo ii to no koto datta node, watashitachi wa sugu ni yoyaku shimashita.

Tōjitsu, densha to basu o noritsugi, saishū no basu tei made ikimashita ga, soko kara ryokan made wa tobu de 30-pun hodo yamamichi o noboranakereba narimasen deshita. Tōchū, denpa ga tozokattari, michi ga kuzurete itari shite sukoshi fuan ni narimashita ga, "kore mo bōken no ichibu da yo" to warainagara susumimashita.

Yōyaku ryokan ni tsuita toki, sude ni yūgata ni natte imashita. Tatemono wa furukute, mokuzō no nikai tate de, iriguchi ni wa furubita noren ga kakatte imashita. Naka ni hairu to, nenpai no okami-san ga mukaete kuremashita. Totemo teinei na taiō deshita ga, dokoka me no oku ga tsumetai yōna, sonna inshō o ukemashita.

Heya ni annai sareru to, hirokute seiketsu de, mado kara wa keikoku ga mikadōreru subarashī keshiki ga hirogatte imashita. Watashitachi wa sasoku nimotsu o oki, onsen ni hairi ni ikuto kimemashita. Yokujō wa betsubu ni ari, rōka o watatte iku no desu ga, sono tochū ni tozasareta furui ki no tobira ga arimashita. Soko ni wa "kankei-sha igai tachiiri kinshi" to iu fuda ga kakatte ari, sukoshi kimiga warui to kanjimashita.

Onsen wa gensen kake-nagashi de, totemo kimochi yoku, nagatabi no tsukare mo torei, yūshoku mo jimoto no shokuzai o tsukatta gōka na washoku de, saisho no inshō ijō ni subarashī yado da to omoimashita. Shikashi, yoru ni naru to kūki ga ippan ni henka shimashita.

Yoru-chū no 1-ji goro, watashi wa futo me ga samemashita. Mado no soto kara, onna no hito no uta no yō na mono ga kikoete kimashita. Saisho wa yume ka to omoimashita ga, mimi o sumaseta to, tashika ni dareka ga chiisana koe de utatte iru no ga wakarimashita. "Yama ni hibiku yō na, kanashī komoriuta" no yō deshita.

Ki ni natte mado o sukoshi akete soto o mimashita ga, dare mo imasen. Tada, kaze mo nai noni kigi ga yurete ite, ryokan no urate no mori no hō kara koe ga shite iru yō deshita.

Watashi wa kowakunari, futon o kabutte me o tojimashita. Suruto, kondo wa rōka o "gishi...gishi..." to dareka ga aruku oto ga kikoete kimashita. Dareka ga yukkuri to heya no mae o tōri sugite iku oto desu. Sono ashioto wa shibaraku tomari, soshite doko ka tōku e kiete ikimashita.

Yūmai, yūjin-tachi ni sono hanashi o suru to, futari tomo nita yōna taiken o shite ita to iimashita. A-kun wa yoru-chū ni futo me ga sameta toki, tenjō no kaku ni "kuroi kage no yō na mono" ga jitto mitsumete ita to ii, B-kun wa yume no naka de "shiroi kimono no josei ga, ryokan no ura no mori ni haitte iku no o oikaketa" to iimashita.

Asagohan o totta ato, watashitachi wa ryokan no shūhen o sukoshi sanpo shimashita. Suruto, urate no mori no iriguchi ni furui torii ga ari, kowarekaketa ishi-dan ga oku e tsudzuite imashita. Soko ni wa nanimo annai-ban mo naku, akarui ni hito ga hairu beki basho de wa nai fun'iki deshita.

Ryokan no okami ni sono basho ni tsuite tazuneru to, kanojo no hyōjō ga isshun kyōtō shi, "Amari chikazukanai hō ga ī desu yo" to dake iitte hanashi o owarasemashita.

Sono hi no gogo, watashitachi wa yotei yori mo hayaku yado o dete, eki made kazan suru koto ni shimashita. Tokuni nani ga atta wake wa arimasen ga, zen'in ga dōyō ni "hayaku koko o hanaretai" to kanjite ita no deshita.

Ato kara netto de shirabemashita, sono ryokan no chikaku ni wa mukashi, shūraku ga ari, dosha-zurē de ōku no hito ga nakunatta to iu kiroku ga nokotte imashita. Soshite, ano mori no naka ni aru hokora wa, murabito no rei o nagusameru tame ni tateta mono da to...

Sore irai, watashi wa ryokō no sai, yado no fun'iki ya rekishi o yoku shiraberu yō ni narimashita. Ano ryokan de no taiken wa, wasureyō to shite mo, natsu no yoru ni naru to futo omoidasemashita. Mō nidoto, ano yama ni wa ikanaideshō.

Sono yoru, watashitachi wa ichio nanigoto mo nakatta ka no yō ni furu mawou to shimashita ga, doko ka kaiwa mo gikochi naku, minna ga nanika o ki ni shite iru yōsu deshita. B-kun ga potsuri to "yoru ga kuru no ga iya da na" to itta toki, zen'in ga damari komashita. Kotoba ni wa shinai keredo, watashitachi wa minna onaji koto o kangaete ita no desu――ano utagoe, ashioto, soshite yume ni arawareta josei. Kore wa guuzen no itchi de wa nai, to.

Yūshoku no ato, futatabi onsen ni hairou to iu hanashi ni narimashita ga, watashi dake wa kotowarimashita. Riyū wa meikaku de wa arimasen. Tada, ano nagai rōka o mata aruku yūki ga nakatta no desu. Heya ni hitori de nokotte iru to, futo, mado no soto ni aru mori no hōkō kara shisen o kanjimashita. Nanimo mienai noni, dareka ni jitto mirarete iru yō na, sonna tsuyoi atsuryoku o kanjimashita.

Sono ban, watashi wa nemuru koto ga dekimasen deshita. Denki o tsuketa mama futon ni haitte imashita ga, jikan ga tatsu goto ni ryokan zentai ga shizuka ni nari-sugite, mimimaki no yō na kankaku sae oboemashita. Shibaraku suruto, futatabi ano utagoe ga tōku kara kikoete kimashita. Demo, kono toki wa, sore ga dandān chikadzuite kite iru no ga wakarimashita. Shinzō no kodō ga dondon hayakunari, watashi wa futon no naka de me o tsumatte inoru yō na kimochi de asa o machimashita.

Hissha ni tsuite

Namae: Arudazu Satoria Rachuman
Gakubu: Nihongo Gakka
Gakuseki Bangou: 094231059
Gakunen: 4nen
Seinengappi: 2000-nen 8-gatsu 14-nichi (Pandegelang)
Gakureki:

  1. SDN Ragajaya (2006-2012)

  2. SMP Perita Atsuri Bogor (2012-2015)

  3. SMKN 2 Depok (2015-2018)

Shokureki:

  • PT. Optikku Merawai (2018-2019)

  • Recippu Kōporēshon (2019-2025)

Shumi: Tōzan

 

Versi Bahasa Inggris 

The Mystery of the Hidden Ryokan: An Unforgettable Night Experience

A few years ago, during the summer, I went on a trip with three friends to a ryokan located deep in the mountains of Nagano. Our purpose was to get away from the hustle and bustle of the city and spend some relaxing time in nature. We found this small ryokan on the internet, known as a "hidden inn." It had affordable rates and beautiful views, so we quickly made a reservation.

On the day of the trip, we took a combination of trains and buses, and eventually arrived at the last bus stop. From there, we had to hike up a mountain trail for about 30 minutes to reach the ryokan. Along the way, our phone signals were lost, and the path was a bit rough, which made us slightly anxious, but we laughed it off, saying, "This is part of the adventure."

When we finally arrived at the ryokan, it was already getting dark. The building was old, with two wooden floors, and a weathered noren hanging at the entrance. Upon entering, we were greeted by the elderly owner of the ryokan, who welcomed us with great courtesy. Although she was very polite, there was something slightly cold in her eyes that gave off a mysterious vibe.

When we were shown to our room, it was spacious and clean, with a stunning view from the window overlooking the mountains. We quickly placed our luggage and decided to head to the hot springs. The bathhouse was separate from the main building, and to get there, we had to walk through a corridor that was a little dim. In the middle of the corridor, there was an old wooden door with a sign that read, "No Entry Except for Authorized Guests," which made me feel slightly uneasy.

However, when we reached the hot springs, the experience was incredibly refreshing. The naturally sourced hot water was soothing, and the dinner, made with local ingredients, was absolutely delicious. I felt better than I had expected. But the night took an eerie turn.

Around 1 a.m., I suddenly woke up. From outside the room, I heard a woman’s voice that sounded like singing. At first, I thought it was just a dream, but the more I listened, the more I realized that it was clear as day. "It sounded like a sad lullaby," I thought.

Curious, I opened the window slightly and looked outside, but there was no one in sight. All I could see were trees swaying, though there was no wind. The sound persisted, coming from the direction of the forest behind the ryokan.

I felt scared and quickly covered myself with the blanket and shut my eyes. However, I could still hear slow footsteps, as if someone was walking slowly in front of our room. The footsteps stopped for a moment, then faded into the distance.

The next morning, I told my friends about the incident, and it turned out they had similar experiences. Friend A said that when he woke up in the middle of the night, he saw "a shadowy figure" in the corner of the ceiling, while Friend B said he dreamt of "chasing a woman in a white dress who entered the forest behind the ryokan."

After breakfast, we took a walk around the ryokan. Not far from there, we found an old torii at the end of a trail, with broken stones that felt like an inappropriate place to visit. We asked the ryokan owner about the location, and her reaction was strange. Her face instantly turned serious, and she simply said, "It's better not to get too close to that place."

On our way back, we decided to leave the ryokan earlier than planned. We couldn’t pinpoint what exactly happened, but it felt like everyone agreed it was best to leave. Later, when we searched online, we discovered that the area around the ryokan used to be a village that had been abandoned, with many records of people going missing or dying there. We still don’t know what happened that night, but we all agreed it wasn’t a normal experience.

Since then, I’ve been more cautious when choosing places to stay. That experience taught me to always look into the history of a place before visiting, and to be more sensitive to the atmosphere of a location, because sometimes there are things that can’t be explained by logic.

About the Author

Name: Ardaz Satria Rachman
Program: Japanese Literature
Student ID: 094231059
Semester: 4
Date of Birth: August 14, 2000 (Pandegelang)
Education History:

  1. SDN Ragajaya (2006-2012)

  2. SMP Pelita Atsiri Bogor (2012-2015)

  3. SMKN 2 Depok (2015-2018)

Work Experience:

  • PT. Optik Melawai (2018-2019)

  • Lecip Corporation (2019-2025)

Hobby: Mountain Climbing

 

 

 

 

Komentar

Tampilan Pengunjung

Bisikan dari Kegelapan

Contoh Presentasi Bahasa Jepang dalam Seminar

Pengalaman Pertama menjadi Penerjemah Bahasa Jepang